Penulisan
Penggabungan Kata yang
Tidak
Tepat dan Sesuai dengan Pedoman EYD
di
Lingkungan SLB Surakarta
Sinta
Ayu Saputri
Pendidikan
Luar Biasa
K5115057
Abstrak
Penulisan penggabungan kata yang sesuai
dengan EYD di lingkup SLB Surakarta masih terdapat kesalahan. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan
pedoman EYD di lingkup SLB Surakarta (SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW
Surakarta, SLB C Setya Darma, dan SLBN Surakarta). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian survai. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
analisis data diskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil data di lapangan
dengan data yang sesuai EYD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-4 SLB
tersebut masih memiliki kesalahan dalam penulisan gabungan kata, seperti
penulisan kata tuna netra, foto copy, dsb.
yang tidak sesuai dengan EYD, dimana SLBN Surakarta menempati posisi pertama
yang memiliki kesalahan penggabungan kata terbanyak. Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa penulisan penggabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman
EYD masih terjadi di lingkup SLB Surakarta (SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW,
SLB C Setya Darma, maupun SLB Negeri Surakarta).
Kata Kunci:
penggabungan kata, tidak sesuai, pedoman EYD, SLB lingkup Surakarta
Pendahuluan
Kata merupakan hal yang
penting dalam komunikasi sehari-hari. Kata yang disampaikan dengan tepat dapat
memberikan feedback yang baik kepada
pembawa kata tersebut. Seiring perkembangan zaman, penulisan kata yang sesuai
dengan pedoman EYD berangsur pudar. Permasalahan dalam berbahasa sering
dijumpai di berbagai tempat maupun instansi. Penulisan gabungan kata adalah
salah satu kesalahan dalam penggunaan bahasa. Penulisan penggabungan kata perlu
ditulis dan diperhatikan sesuai dengan pedoman EYD, terutama yang terdapat di
lingkup instansi pendidikan, yaitu sekolah luar biasa. Anak-anak berkebutuhan
khusus (ABK) di sekolah luar biasa (SLB) mengalami kesulitan belajar dan
menafsirkan kata, terutama anak dengan gangguan kesulitan belajar membaca (anak
disgrafia). Anak berkebutuhan khusus sering kurang mengerti dengan makna kata
maupun penulisan gabungan kata yang tertulis pada poster di dinding sekolah,
papan pengumuman, pamflet, dll.
Dari permasalahan
tersebut, penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk menguraikan dan
menggambarkan beberapa penulisan penggabungan kata yang tidak sesuai dengan
pedoman EYD di lingkup SLB Surakarta. Penulisan ini diharapkan dapat berguna
sebagai salah satu bahan acuan untuk memperbaiki penulisan penggabungan kata
yang sesuai dengan EYD maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia di beberapa instusi
pendidikan, terutama di lingkup SLB Surakarta.
Penulisan gabungan kata
yang sesuai dengan EYD merupakan tuntutan dalam penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Waridah (2008:58) menerangkan bahwa istilah yang berupa
gabungan kata sedapat-dapatnya berbentuk singkat mengikuti contoh meja tulis,
kerja sama, dan sekolah menengah. Misalnya: angkat
besi, balok kotak, daya angkut, dll. Gabungan kata yang mewujudkan istilah
(yang sesuai dengan aturan ejaan yang berlaku) dapat ditulis menurut tiga cara,
yaitu: pertama, gabungan kata ditulis terpisah. Misalnya: model linear, perwira menengah. Kedua, gabungan kata ditulis dengan
menggunakan tanda hubung jika dirasa perlu menegaskan pengertian di antara dua
unsurnya. Misalnya: dua-sendi,
mesin-hitung tangan. Terakhir, gabungan kata ditulis serangkai. Misalnya: bumiputera, olahraga, syahbandar.
Pembahasan
Makalah ini disusun
dengan melakukan penelitian di beberapa SLB Surakarta, yaitu SLB/A-YKAB
Surakarta, SLB-B YRTRW Surakarta, SLB C Setya Darma, dan SLB Negeri Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survai, yaitu dengan
melakukan penarikan kesimpulan secara umum (generalisasi)
dari sampel yang telah ditentukan. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi dan
observasi langsung ke tempat objek penelitian. Sementara itu, analisis data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis data diskriptif komparatif,
yaitu membandingkan hasil data di lapangan dengan data yang sesuai dengan
pedoman EYD. Subjek yang dijadikan penelitian adalah penulisan kata-kata yang
ada di SLB lingkup Surakarta.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan, hasil observasi empat SLB di lingkup
Surakarta diperoleh beberapa penulisan gabungan kata sebagai berikut:
Tabel 1. Penulisan Gabungan Kata di
Lingkup SLB Surakarta
No.
|
SLB di Surakarta
|
Gabungan kata
(yang tidak sesuai dengan pedoman
EYD)
|
Pembetulan sesuai dengan pedoman
EYD
|
1
|
SLB/A-YKAB
Surakarta
|
Foto
copy
|
Fotokopi
|
|
|
Fotocopy
|
Fotokopi
|
|
|
Olah
raga
|
Olahraga
|
|
|
Lalulintas
|
Lalu
lintas
|
|
|
Budipekerti
|
Budi
pekerti
|
2
|
SLB-B
YRTRW Surakarta
|
Tuna
rungu
|
Tunarungu
|
|
|
Tuna
rungu wicara
|
Tunarungu-wicara
|
|
|
Orangtua
|
Orang
tua
|
3
|
SLB
C Setya Darma
|
Kotamadya
|
Kota
madya
|
|
|
walikotamadya
|
Wali
kota madya
|
|
|
Olah
raga
|
Olahraga
|
|
|
Foto
copy
|
Fotokopi
|
|
|
Pas
photo
|
Pasfoto
|
4
|
SLB
Negeri Surakarta
|
Bulu
tangkis
|
Bulutangkis
|
|
|
Fisio
terapi
|
Fisioterapi
|
|
|
Tuna
netra
|
Tunanetra
|
|
|
Tuna
rungu wicara
|
Tunarungu-wicara
|
|
|
Tuna
daksa
|
Tunadaksa
|
|
|
Tuna
laras
|
Tunalaras
|
|
|
Tuna
grahita
|
Tunagrahita
|
Mengacu
pada tabel di atas, SLB Negeri Surakarta menempati posisi pertama dengan
perolehan kesalahan penulisan gabungan kata terbanyak, diikuti oleh SLB C Setya
Darma, SLB/A-YKAB Surakarta, dan posisi terakhir SLB-B/YRTRW Surakarta.
Berdasarkan hasil data
di atas, kesalahan berbahasa di SLB secara umum berkaitan dengan penulisan
penggabungan kata, khususnya pada bagian penggabungan kata dengan dua unsur
kata dasar (seperti: tuna netra, tuna
rungu, lalulintas, dan olah raga). Berdasarkan Permendiknas Nomor 46 Tahun
2009 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyusunan gabungan
kata yang berupa kata dasar dapat ditulis terpisah dan ditulis serangkai. Jika
gabungan kata dasar mendapat awalan atau akhiran, unsur gabungan kata ditulis
terpisah. Misalnya: bertepuk tangan, bertanggung jawab, garis bawahi, sebar luaskan, dst. Jika gabungan
kata dasar mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata ditulis serangkai.
Misalnya: pertanggungjawaban, menghancurleburkan, dilipatgandakan, menyebarluaskan, dst. Jika kata maha, pasca, multi, pra, adi,
non, dwi, semi, dan seterusnya, sebagai unsur gabungan dan diikuti kata
dasar, unsur gabungan tersebut ditulis serangkai. Misalnya: mahasiswa, pascabencana, adikuasa, dwiwarna,
multilateral, dsb. Jika gabungan kata yang diikuti kata berimbuhan, unsur
gabungan kata ditulis terpisah. Misalnya: pasca
kebakaran, Maha Pengasih, dsb. Kata maha,
sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan, dan diikuti kata dasar, kecuali
kata esa, maka unsur gabungan kata
ditulis serangkai. Misalnya: Mahakuasa,
Maha Esa, Mahabesar, dll. Sementara
itu, kata maha, sebagai unsur
gabungan dan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan maka unsur
gabungan ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya: Maha Pengasih, Maha Pemurah,
Maha Penyayang, dll.
Unsur gabungan kata
yang lazim disebut dengan kata majemuk, ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, simpang empat,
mata pelajaran, meja tulis, model linear, persegi panjang, dan sebagainya.
Gabungan kata yang menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri
Ali, anak istri-Ali, ibu-bapak kami, ibu bapak-kami, buku-sejarah
baru, buku sejarah-baru, dan
sebagainya. Penulisan gabungan kata yang dirasakan sudah padu, ditulis
serangkai. Misalnya: acapkali,
adakalanya, bagaimana, beasiswa, daripada, matahari, saputangan, sukacita,
sukarela, syahbandar, dll.
Mengacu pada pedoman
EYD, kata tuna netra, tuna rungu,
lalulintas, dan olah raga yang ditemukan di SLB tersebut seharusnya ditulis tunanetra,
tunarungu, lalu lintas, dan olahraga.
Penulisan kata dengan unsur gabungan kata tuna dan diikuti kata dasar lain, mesti ditulis serangkai.
Misalnya: kata tuna netra, tuna rungu,
tuna daksa, tuna wicara, tuna grahita seharusnya ditulis tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
tunawicara, tunagrahita. Bila dikaitkan kembali dengan teori gabungan kata
yang terdiri dari dua unsur kata dasar tersebut, kata-kata pada tabel 1
terbukti adanya kesalahan dalam penulisan gabungan kata. Berdasarkan kesalahan
penggabungan kata di empat SLB lingkup Surakarta tersebut (tabel 1), rata-rata kesalahan dalam berbahasa ditemukan pada
penulisan kata-kata yang diwujudkan dalam bentuk pamflet, informasi di papan
pengumuman, dll (lampiran, gambar 1.a,
1.b, 1.c, 1.d, 1.e, 2.a, ... 4.b). Berdasarkan uraian di atas, hasil
analisis data menunjukkan bahwa penulisan penggabungan kata yang sesuai dengan
pedoman EYD dan KKBI masih belum diterapkan dengan baik dan benar di kehidupan
sehari-hari, hal tersebut dibuktikan dengan banyak ditemukannya kesalahan dalam
penulisan gabungan kata di beberapa SLB lingkup Surakarta (SLB/A-YKAB
Surakarta, SLB-B YRTRW, SLB C Setya Darma, dan SLB Negeri Surakarta).
Penutup
Berdasarkan
pemaparan hasil analisis data, penulis menyimpulkan bahwa penulisan
penggabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman EYD masih banyak ditemukan
di lingkup SLB Surakarta, baik SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW, SLB C Setya
Darma, maupun SLB Negeri Surakarta.
Dengan demikian,
penulis memberikan saran bagi berbagai pihak supaya kesalahan tersebut tidak
terulang kembali di masa depan. Pertama, pihak sekolah hendaknya lebih
memperhatikan dan me-review kembali
pedoman EYD tentang penulisan gabungan kata. Kedua, siswa di lingkup SLB
Surakarta perlu memperhatikan pedoman penulisan gabungan kata yang telah
diajarkan oleh guru di sekolah. Selain itu, siswa juga perlu memiliki
keberanian bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti di
lingkungan sekolah. Terakhir, peneliti selanjutnya perlu mengadakan penelitian
secara cermat terhadap aspek-aspek yang mendukung kesalahan penulisan gabungan
kata tersebut, terlepas dari aspek yang sudah diterapkan dalam penelitian ini.
Daftar
Pustaka
Departemen Pendidikan
Nasional. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan EYD TERBARU.
Yogyakarta: Pustaka Timur.
Tim Redaksi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Waridah, Ernawati.
2008. EYD & Seputar
Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka.
Lampiran
1. Penulisan
gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB/A-YKAB Surakarta


Gambar 1.a Gambar 1.b


Gambar 1.c Gambar 1.d

Gambar 1.e
2. Penulisan
gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB-B YRTRW Surakarta


Gambar 2.a Gambar 2.b
3. Penulisan
gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB C Setya Darma


Gambar 3.a Gambar
3.b


Gambar 3.c Gambar
3.d
4. Penulisan
gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB Negeri Surakarta


Gambar 4.a Gambar
4.b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar