Minggu, 24 April 2016

Kesalahan Penulisan Gabbungan Kata yang Tidak Sesuai dengan EYD



Penulisan Penggabungan Kata yang
Tidak Tepat dan Sesuai dengan Pedoman EYD
di Lingkungan SLB Surakarta

Sinta Ayu Saputri
Pendidikan Luar Biasa
K5115057

Abstrak
Penulisan penggabungan kata yang sesuai dengan EYD di lingkup SLB Surakarta masih terdapat kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman EYD di lingkup SLB Surakarta (SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW Surakarta, SLB C Setya Darma, dan SLBN Surakarta). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survai. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis data diskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil data di lapangan dengan data yang sesuai EYD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-4 SLB tersebut masih memiliki kesalahan dalam penulisan gabungan kata, seperti penulisan kata tuna netra, foto copy, dsb. yang tidak sesuai dengan EYD, dimana SLBN Surakarta menempati posisi pertama yang memiliki kesalahan penggabungan kata terbanyak. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penulisan penggabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman EYD masih terjadi di lingkup SLB Surakarta (SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW, SLB C Setya Darma, maupun SLB Negeri Surakarta).
Kata Kunci: penggabungan kata, tidak sesuai, pedoman EYD, SLB lingkup Surakarta

Pendahuluan
Kata merupakan hal yang penting dalam komunikasi sehari-hari. Kata yang disampaikan dengan tepat dapat memberikan feedback yang baik kepada pembawa kata tersebut. Seiring perkembangan zaman, penulisan kata yang sesuai dengan pedoman EYD berangsur pudar. Permasalahan dalam berbahasa sering dijumpai di berbagai tempat maupun instansi. Penulisan gabungan kata adalah salah satu kesalahan dalam penggunaan bahasa. Penulisan penggabungan kata perlu ditulis dan diperhatikan sesuai dengan pedoman EYD, terutama yang terdapat di lingkup instansi pendidikan, yaitu sekolah luar biasa. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah luar biasa (SLB) mengalami kesulitan belajar dan menafsirkan kata, terutama anak dengan gangguan kesulitan belajar membaca (anak disgrafia). Anak berkebutuhan khusus sering kurang mengerti dengan makna kata maupun penulisan gabungan kata yang tertulis pada poster di dinding sekolah, papan pengumuman, pamflet, dll.
Dari permasalahan tersebut, penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk menguraikan dan menggambarkan beberapa penulisan penggabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman EYD di lingkup SLB Surakarta. Penulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu bahan acuan untuk memperbaiki penulisan penggabungan kata yang sesuai dengan EYD maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia di beberapa instusi pendidikan, terutama di lingkup SLB Surakarta.
Penulisan gabungan kata yang sesuai dengan EYD merupakan tuntutan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Waridah (2008:58) menerangkan bahwa istilah yang berupa gabungan kata sedapat-dapatnya berbentuk singkat mengikuti contoh meja tulis, kerja sama, dan sekolah menengah. Misalnya: angkat besi, balok kotak, daya angkut, dll. Gabungan kata yang mewujudkan istilah (yang sesuai dengan aturan ejaan yang berlaku) dapat ditulis menurut tiga cara, yaitu: pertama, gabungan kata ditulis terpisah. Misalnya: model linear, perwira menengah. Kedua, gabungan kata ditulis dengan menggunakan tanda hubung jika dirasa perlu menegaskan pengertian di antara dua unsurnya. Misalnya: dua-sendi, mesin-hitung tangan. Terakhir, gabungan kata ditulis serangkai. Misalnya: bumiputera, olahraga, syahbandar.

Pembahasan
Makalah ini disusun dengan melakukan penelitian di beberapa SLB Surakarta, yaitu SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW Surakarta, SLB C Setya Darma, dan SLB Negeri Surakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survai, yaitu dengan melakukan penarikan kesimpulan secara umum (generalisasi) dari sampel yang telah ditentukan. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi dan observasi langsung ke tempat objek penelitian. Sementara itu, analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis data diskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil data di lapangan dengan data yang sesuai dengan pedoman EYD. Subjek yang dijadikan penelitian adalah penulisan kata-kata yang ada di SLB lingkup Surakarta.
            Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, hasil observasi empat SLB di lingkup Surakarta diperoleh beberapa penulisan gabungan kata sebagai berikut:
Tabel 1. Penulisan Gabungan Kata di Lingkup SLB Surakarta
No.
SLB di Surakarta
Gabungan kata
(yang tidak sesuai dengan pedoman EYD)
Pembetulan sesuai dengan pedoman EYD
1
SLB/A-YKAB Surakarta
Foto copy
Fotokopi


Fotocopy
Fotokopi


Olah raga
Olahraga


Lalulintas
Lalu lintas


Budipekerti
Budi pekerti
2
SLB-B YRTRW Surakarta
Tuna rungu
Tunarungu


Tuna rungu wicara
Tunarungu-wicara


Orangtua
Orang tua
3
SLB C Setya Darma
Kotamadya
Kota madya


walikotamadya
Wali kota madya


Olah raga
Olahraga


Foto copy
Fotokopi


Pas photo
Pasfoto
4
SLB Negeri Surakarta
Bulu tangkis
Bulutangkis


Fisio terapi
Fisioterapi


Tuna netra
Tunanetra


Tuna rungu wicara
Tunarungu-wicara


Tuna daksa
Tunadaksa


Tuna laras
Tunalaras


Tuna grahita
Tunagrahita

            Mengacu pada tabel di atas, SLB Negeri Surakarta menempati posisi pertama dengan perolehan kesalahan penulisan gabungan kata terbanyak, diikuti oleh SLB C Setya Darma, SLB/A-YKAB Surakarta, dan posisi terakhir SLB-B/YRTRW Surakarta.
Berdasarkan hasil data di atas, kesalahan berbahasa di SLB secara umum berkaitan dengan penulisan penggabungan kata, khususnya pada bagian penggabungan kata dengan dua unsur kata dasar (seperti: tuna netra, tuna rungu, lalulintas, dan olah raga). Berdasarkan Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyusunan gabungan kata yang berupa kata dasar dapat ditulis terpisah dan ditulis serangkai. Jika gabungan kata dasar mendapat awalan atau akhiran, unsur gabungan kata ditulis terpisah. Misalnya: bertepuk tangan, bertanggung jawab, garis bawahi, sebar luaskan, dst. Jika gabungan kata dasar mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata ditulis serangkai. Misalnya: pertanggungjawaban, menghancurleburkan, dilipatgandakan, menyebarluaskan, dst. Jika kata maha, pasca, multi, pra, adi, non, dwi, semi, dan seterusnya, sebagai unsur gabungan dan diikuti kata dasar, unsur gabungan tersebut ditulis serangkai. Misalnya: mahasiswa, pascabencana, adikuasa, dwiwarna, multilateral, dsb. Jika gabungan kata yang diikuti kata berimbuhan, unsur gabungan kata ditulis terpisah. Misalnya: pasca kebakaran, Maha Pengasih, dsb. Kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan, dan diikuti kata dasar, kecuali kata esa, maka unsur gabungan kata ditulis serangkai. Misalnya: Mahakuasa, Maha Esa, Mahabesar, dll. Sementara itu, kata maha, sebagai unsur gabungan dan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan maka unsur gabungan ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Penyayang, dll.
Unsur gabungan kata yang lazim disebut dengan kata majemuk, ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, simpang empat, mata pelajaran, meja tulis, model linear, persegi panjang, dan sebagainya. Gabungan kata yang menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali, anak istri-Ali, ibu-bapak kami, ibu bapak-kami, buku-sejarah baru, buku sejarah-baru, dan sebagainya. Penulisan gabungan kata yang dirasakan sudah padu, ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, bagaimana, beasiswa, daripada, matahari, saputangan, sukacita, sukarela, syahbandar, dll.
Mengacu pada pedoman EYD, kata tuna netra, tuna rungu, lalulintas, dan olah raga yang ditemukan di SLB tersebut seharusnya ditulis tunanetra, tunarungu, lalu lintas, dan olahraga. Penulisan kata dengan unsur gabungan kata tuna dan diikuti kata dasar lain, mesti ditulis serangkai. Misalnya: kata tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, tuna wicara, tuna grahita seharusnya ditulis tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunawicara, tunagrahita. Bila dikaitkan kembali dengan teori gabungan kata yang terdiri dari dua unsur kata dasar tersebut, kata-kata pada tabel 1 terbukti adanya kesalahan dalam penulisan gabungan kata. Berdasarkan kesalahan penggabungan kata di empat SLB lingkup Surakarta tersebut (tabel 1), rata-rata kesalahan dalam berbahasa ditemukan pada penulisan kata-kata yang diwujudkan dalam bentuk pamflet, informasi di papan pengumuman, dll (lampiran, gambar 1.a, 1.b, 1.c, 1.d, 1.e, 2.a, ... 4.b). Berdasarkan uraian di atas, hasil analisis data menunjukkan bahwa penulisan penggabungan kata yang sesuai dengan pedoman EYD dan KKBI masih belum diterapkan dengan baik dan benar di kehidupan sehari-hari, hal tersebut dibuktikan dengan banyak ditemukannya kesalahan dalam penulisan gabungan kata di beberapa SLB lingkup Surakarta (SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW, SLB C Setya Darma, dan SLB Negeri Surakarta).

Penutup
            Berdasarkan pemaparan hasil analisis data, penulis menyimpulkan bahwa penulisan penggabungan kata yang tidak sesuai dengan pedoman EYD masih banyak ditemukan di lingkup SLB Surakarta, baik SLB/A-YKAB Surakarta, SLB-B YRTRW, SLB C Setya Darma, maupun SLB Negeri Surakarta.
Dengan demikian, penulis memberikan saran bagi berbagai pihak supaya kesalahan tersebut tidak terulang kembali di masa depan. Pertama, pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan dan me-review kembali pedoman EYD tentang penulisan gabungan kata. Kedua, siswa di lingkup SLB Surakarta perlu memperhatikan pedoman penulisan gabungan kata yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Selain itu, siswa juga perlu memiliki keberanian bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti di lingkungan sekolah. Terakhir, peneliti selanjutnya perlu mengadakan penelitian secara cermat terhadap aspek-aspek yang mendukung kesalahan penulisan gabungan kata tersebut, terlepas dari aspek yang sudah diterapkan dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan    EYD TERBARU. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Tim Redaksi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan            Pustaka.
























Lampiran

1.      Penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB/A-YKAB Surakarta
     
                                    Gambar 1.a                              Gambar 1.b
     
                                    Gambar 1.c                              Gambar 1.d
\
Gambar 1.e
2.      Penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB-B YRTRW Surakarta
       
                                    Gambar 2.a                              Gambar 2.b
3.      Penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB C Setya Darma
                     
                        Gambar 3.a                                                      Gambar 3.b
                         
                        Gambar 3.c                                                      Gambar 3.d

4.      Penulisan gabungan kata yang tidak sesuai dengan EYD di SLB Negeri Surakarta
       
                        Gambar 4.a                                                      Gambar 4.b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar