Minggu, 24 April 2016

Penantang Teori Relativitas Albert Einstein, Jacob Barnett

Penantang Teori Relativitas Albert Einstein, Jacob Barnett

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan anak berbakat yang diampu oleh Mohammad Anwar, M.Pd.












Penyusun:

Nama          : SINTA AYU SAPUTRI
NIM                        : K5115057




PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Maret, 2016
Rangkuman

            Jacob Barnett adalah seorang anak berusia 17 tahun yang mempunyai IQ 170. IQ-nya melebihi orang yang dianggap paling jenius sedunia, sang penemu teori relativitas, Albert Einstein, yang memiliki IQ 160. Banyak orang yang memiliki IQ lebih tinggi dari Jacob, mulai yang ber-IQ 180 sampai lebih dari 190. Namun, ia berbeda dan itu membuat saya kagum akan kecerdasannya. Jacob adalah anak berbakat dengan kemampuannya di bidang akademik, terutama dalam hal fisika maupun matematika. Di usianya yang masih muda, ia mampu memecahkan teori Big Bang yang rumit. Hal tersebut telah menarik khalayak umuum, tak terkecuali seorang ilmuwan bernama Professor Scott Tremaine, yang merasa kaget melihat teori yang dibuat Jacob. Anak yang menggemari di bidang astronomi ini, juga membuat rekor sebagai orang termuda di dunia peneliti bidang antrofisika.
Di usianya yang belum mencapai 20 tahun, Barnett bahkan direkrut sebagai peneliti di Universitas Indiana, Amerika Serikat dan menjadi pengajar di salah satu universitas di Amerika Serikat. Kini, Ia juga sedang mengerjakan proyek ambisius untuk menentang teori relativitas Albert Einstein. Hal itu tentu membuat saya dan siapapun kagum melihat dirirnya. Para ahli mengatakan siapapun yang mampu menentang teori tersebut, maka ia pantas untuk diberi penghargaan hadiah Nobel.
Semula, orang di sekitar Barnett tidak percaya akan kecerdasan yang dimilikinya. Namun setelah dilakukan tes intelektual, Jacob memang memiliki IQ yang tinggi. Ada hal yang membuat saya tertarik dari semua pernyataan tersebut, dimana Jacob Barnett didiagnosa mengalami autis ringan pada usia 2 tahun dan dokter mendiagnosa bahwa ia tidak akan mampu berbicara, tidak mampu menatap mata lawan bicaranya, dll. Dengan apa yang dideritanya, Jacob mampu melawannya dan mampu membuktikan bahwa ia memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan menangkal diagnosis tersebut. Hal tersebut membuat saya semakin terinspirasi dan kagum untuk mengulik kemampuan intelektual maupun perjuangan Jacob melawan apa yang dideritanya. Dengan demikian, Jacob Barnett pantas untuk menjadi salah satu tokoh menginspirasi khalayak umum, terutama kisah perjuangan dan dedikasinya terhadap kemampuan yang dimilikinya.











Profil


Nama                               : Jacob L. Barnett
Nama lain                        : Jacob Barnett
Tempat, tanggal lahir       : Indianapolis, 26 Mei 1998
Usia                                 : 17 tahun
Jenis kelamin                   : Laki-laki
Status pernikahan            : Belum menikah
Kebangsaan                     : Amerika Serikat
Ibu                                   : Kristine Barnett
Pendidikan                      : Sertifikat Kelulusan, Perimeter Scholars International 2014
Hobi                                : Bermain basket

Jacob L. "Jake" Barnett adalah seorang anak kebangsaan Amerika yang mempunyai kemampuan Intelektual diatas rata-rata yaitu dengan IQ 170, melebihi IQ dari tokoh terkemuka Albert Einstein yang memiliki IQ 160. Menurut sebuah memoar berjudul “The Spark: A Mother's Story of Nurturing Genius” yang ditulis oleh ibunya, ketika berusia dua tahun Jacob juga didiagnosis memiliki autisme. Barnett mengidap Aspergers syndrome (sebuah sindrome autis ringan).


1
Riwayat Pendidikan

Ketika Jacob berumur 2 tahun, ia didiagnosis menderita autis. Dokter memberitahu orang tua Jacob bahwa dia kemungkinan tak akan bisa berbicara atau membaca, atau bahkan mengurus dirinya sendiri seumur hidup. Namun kenyataannya, diagnosis dokter tersebut salah besar.  
Pada usia tiga tahun, Barnett mampu menyelesaikan 5000 potong teka-teki, mengisi notebook dengan perhitungan, mempelajari peta jalan, membaca dan menghafal setiap nama jalan raya dan awalan plat dari memori atau ingatannya.
Setelah didiagnosa autis sejak usia dua tahun, Jacob ditempatkan di sekolah dengan kebutuhan khusus. Pada usia 8 tahun, Jacob mulai menyelinap ke belakang tempat kuliah di IUPUI. Ia mampu mengajar kalkulus untuk mahasiswa disana. Guru dan dokternya pun terkejut saat mengetahui hal itu. Ia juga sering menulis angka-angka atau memecahkan teori fisika yang sangat rumit di kaca, hingga kedua orangtuanya penasaran dan merekam hasil pemikirannya tersebut, serta mengirim rekaman videonya ke Institute for Advanced Study di dekat Princeton University, suatu lembaga pendidikan terkenal di dunia. Bahkan seorang ilmuwan bernama Professor Scott Tremaine kaget melihat teori-teori yang dibuat Jacob.
Selanjutnya, pada usia 10 tahun Jacob meninggalkan sekolah dan mulai mengambil kelas pada pelajaran astrofisika lanjutan di Indiana University - Purdue University Indianapolis. Kehadirannya di kelas cukup menakutkan bagi banyak siswa berusia 18 tahun. Berbicara kepada Indy Star, Wanda Anderson (seorang ahli biokimia terkenal) berkata, “Ketika saya pertama kali masuk dan melihatnya, saya berpikir, "Oh Tuhan, saya pergi ke sekolah dengan Doogie Howser (dokter muda dalam sebuah acara komedi).” Dia menambahkan, "Banyak orang datang padanya untuk meminta bantuan ketika mereka tidak memahami masalah fisika. Banyak orang berpikir orang jenius sulit untuk diajak bicara, tapi Jacob menjelaskan hal-hal yang masih di luar kepala mereka." Profesor Jacob, John Ross mengatakan penampilan Jacob di kuliah telah menonjol. Jacob juga aktif di kelas, ia sering bertanya di kelas bahkan ia akan mengajukan pertanyaan lebih rinci dengan menemui profesornya di kantor.

2
 Ia selalu dua langkah di depan materi kuliah. Semua orang di kelas terdiam. Dia duduk tepat di barisan depan, dan mereka semua hanya melihat ke arahnya. Menurut orang tuanya, Jacob memiliki masalah tidur di malam hari yaitu di saat ia terus memikirkan angka di kepalanya. Tapi jauh dari mengeluh, Jacob telah mengubah malam tanpa tidur untuk keuntungannya yakni dengan membongkar teori big bang.
Jacob Barnett belajar sendiri mengenai kalkulus, aljabar, geometri dan trigonometri hanya dalam seminggu. Bahkan ia mengajari sesama teman sekelas perguruan tinggi maupun mahasiswa yang lebih tua dari dirinya Selain mengajari, jacob juga memiliki hobi bermain basket dengan anak-anak di organisasi, tempat charity Jacob. Tempat ini merupakan tempat di mana anak-anak dengan autisme terinspirasi setiap hari untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya dan dengan keahlian yang mereka miliki.
Sejak masuk ke Indiana University-Purdue University Indianapolis (IUPUI) saat berusia 10 tahun, Jacob telah membuat profesor dan rekannya takjub dengan kecerdasannya yang luar biasa. Saat berusia 14 tahun, ia telah menjadi mahasiswa Master yang berusaha mendapatkan gelar PhD dalam bidang fisika quantum. Berdasarkan BBC, remaja yang memiliki IQ 170 ini telah disiapkan untuk menerima hadiah Novel suatu hari nanti.
Barnett dibawa ke Perimeter Scholars International pada tahun 2013, tingkat program satu tahun non-gelar master di Perimeter Institute for Theoretical Physics di Waterloo, Ontario. Pada usia 15 tahun, ia adalah mahasiswa termuda dirawat di Program, sejak kelas perdananya empat tahun sebelum tahun 2009. Ia menyelesaikan program pada tahun 2014 dan kemudian telah terdaftar sebagai mahasiswa doktoral di Perimeter Institute.







3
Prestasi

Jacob Barnet, pemilik IQ 170 (lebih tinggi dari Albet Einstein) telah mengejutkan para profesor universitas setelah dia bergulat dengan beberapa konsep paling maju dalam matematika. Hingga para profesor antre memintanya terlibat dalam penelitian PHD. Ia mampu memahami konsep paling canggih dalam matematika, sehingga membuatnya menjadi salah satu siswa termuda mendapat gelar penelitian PHD. Selain itu, Barnett telah membuat rekor sebagai orang termuda di dunia peneliti astrofisika. Dia tidak puas untuk menghitung ulang yang telah dicapai dan telah menetapkan tujuan baru untuk dirinya sendiri.
Saat ini, Jacob sedang direkrut sebagai peneliti di Universitas Indiana, Amerika Serikat dan menjadi pengajar di salah satu universitas di Indiana mengajar dalam dunia matematika (kalkulus, aljebra, geometri, dan trigonometri). Tidak hanya itu saja, Jacob juga sedang mengembangkan teori relativitas dari Einstein. Barnett menangani sendiri versi lebih luas dari teori relativitas Einstein. Ia sedang bekerja untuk menantang teori Big Bang yang memberikan penjelasan mengenai bagaimana alam ini terbentuk (Big Bang diberi nama oleh Monsignor Georges LemaĆ®tre berdasarkan teori relativitas yang dikemukakan oleh Albert Enstein). Ia pun mempertanyakan sejumlah kunci penting dari teori Fisika Kuantum yang dilontarkan oleh Enstein. "Teori yang saat ini sedang dikerjakannya melibatkan banyak permasalahan terberat di bidang astrofisika dan teoritikal fisika," kata Scott Treain dari Princeton University, Institute for Advanced Studies, di mana Enstein sebelumnya bekerja.
Jacob juga membuat karya berupa makalah, dimana makalahnya tersebut kemudian diterima untuk publikasi oleh Physical Review A, sebuah jurnal ilmiah bersama di situs seperti NASA, Smithsonian, dan halaman web Harvard. Karya Jacob tersebut bertujuan untuk membantu memperbaiki cara perjalanan cahaya dalam teknologi. Seorang profesor di Princeton menegaskan bahwa karya itu adalah terobosan dan suatu hari nanti bisa menghasilkan Hadiah Nobel. Jacob juga merupakan pemilik Jacob’s Place, wirausahawan, CEO dan pendiri Wheel LLC, sebuah bisnis yang dimulai di garasi ibunya, dan ia juga sedang dalam proses menulis sebuah buku untuk membantu menghilangkan ‘phobia matematika’ bagi generasi muda.
4
Kesimpulan
           
Dari penjelasan di atas dapat disimpullkan bahwa Jacob Barnett yang didiagnosa sebagai pengidap autis ringan, mampu berprestasi di bidang akademik, khususnya bidang fisika. Ia memiliki kemampuan menonjol pada kecerdasan yang dimilikinya, dimana kemampuan intelektualnya di atas rata-rata yaitu dengan tingkat IQ 170. Bahkan ia melebihi tingkat IQ Albert Einstein, yang hanya memiliki IQ 160. Dengan demikian Jacob Barnett bisa disebut sebagai anak berbakat istimewa di bidang akademik yang menginspirasi khalayak umum.
           





















5
Referensi

http://www.binaautis.org/2013/01/inspirasi-jacob-barnett.html diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 15.43
https://en.wikipedia.org/wiki/Jacob_Barnett diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 15.45

















6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar